Memotret di kondisi cahaya gelap (low light) merupakan situasi yang selalu menyulitkan fotografer untuk memperoleh hasil foto yang optimal. Dibutuhkan kombinasi lensa, kamera dan aksesoris yang tepat untuk mengatasi masalah ini.
Pertama-tama, kita perlu mengenali bahwa kondisi low light itu bukan hanya di malam hari, tapi juga termasuk di kondisi cahaya saat langit mendung di sore hari, di tengah hutan yang rimbun, di dalam ruangan, sesaat sebelum matahari terbit atau setelah matahari tenggelam.
Mengapa mengenali hal-hal di atas penting? Karena mata kita bisa terkecoh. di kondisi cahaya yang gelap, iris mata otomatis akan membesar sehingga menangkap lebih banyak cahaya. Alhasil, otak menerjemahkan bahwa kondisi cahaya terang.
Contoh lainnya yaitu saat kita masuk ke basement parkir sebuah mal di siang hari. Beberapa detik saat memasuki basement yang gelap, kita akan merasakan ruang parkirnya gelap sekali. Tapi beberapa saat kemudian, pandangan kita menjadi normal kembali karena iris mata kita sudah membesar menyesuaikan dengan kondisi cahaya.
Berbeda dengan mata manusia, kamera tidak serta merta langsung bisa menyesuaikan dan kemampuan dalam menangkap cahaya di kondisi gelap tidak sama dengan mata manusia.
Supaya foto terang di kondisi gelap, ada tiga pilihan yang kita lakukan yaitu meningkatkan ISO (dengan risiko noise/bintik-bintik di foto), memperlambat shutter speed kamera (dengan resiko foto shake/blur), dan memperbesar bukaan lensa (dengan risiko ruang tajam tidak cukup lebar). Setiap pilihan memiliki konsekuensi yang berbeda-beda.
Foto-foto di bawah ini saya buat saat acara pesta lampion di Hoi An, Vietnam tengah pertengahan bulan yang lalu. Acara di malam hari yang cahayanya kurang membuat saya harus memutar otak untuk mendapatkan foto yang memuaskan. Mari kita simak satu per satu pilihan, konsekuensi dan contoh fotonya.
1. Memperlambat Shutter Speed
Dengan melambatkan shutter speed, cahaya lebih banyak masuk ke kamera, sehingga foto bisa lebih terang, namun bahayanya adalah kalau shutter speednya lebih lambat dari fokal lensa, misalnya shutter speed 1/60 detik, tapi fokal lensa 100mm, maka foto yang dihasilkan akan menjadi blur/berbayang. Jika memotret subjek bergerak juga kita harus berhati-hati dalam memilih shutter speed, minimal 1/200 detik untuk orang yang sedang berjalan.
Untuk membuat foto di atas, saya menggunakan shutter speed yang sangat lambat, 240 detik (4 menit) dan posisi kamera di atas tripod. Dengan shutter selama ini, kamera merekam jejak cahaya yang bergerak seperti lampu perahu, lilin yang dilepas di sungai. Rumah yang tidak bergerak terlihat jelas dan tajam.
2. Aperture / Bukaan Lensa
Jika diperbesar (f dengan angka kecil seperti f/1.8) jika lensanya mendukung, maka cahaya bisa lebih banyak masuk ke kamera, tapi masalahnya adalah ruang tajam akan sempit, bagian yang tidak fokus akan blur. Kadang efek seperti ini memang diinginkan oleh fotografer, tapi kadang tidak.
Dengan bukaan f/4 (bukaan maksimal lensa yang saya gunakan), saya dapat menyerap cahaya yang cukup dan membuat ruang tajam menjadi sempit, cahaya lampion-lampion di latar belakang menjadi bola cahaya.
3. Menaikkan ISO / Sensitivitas Sensor Terhadap Cahaya
Seringkali, kita tidak memiliki banyak pilihan soal memilih shutter speed dan aperture. Kondisi cahaya, lensa yang digunakan, dan subjek (bergerak/diam) akan mendikte shutter speed dan aperture yang dapat dipilih.
Jika kombinasi aperture dan shutter speed masih kurang cukup untuk mendapatkan cahaya yang cukup, maka ISO lah yang kita perlu naikkan.
Menurut saya, jangan takut menaikkan ISO karena noise. Karena noise bisa dikurangi dengan software, tapi jika foto kabur karena efek getaran tangan kita, atau foto jadi terlalu gelap, hasil fotonya akan sulit untuk dipulihkan.
Untuk subjek foto yang ini saya membutuhkan shutter speed yang cukup cepat. Pilihan saya jatuh ke 1/200 detik supaya jika anak ini bergerak pun akan tetap tajam di foto. Karena shutter speed yang singkat sangat membatasi cahaya yang masuk ke kamera, terpaksa saya naikkan ISO ke 6400 supaya gambar tetap terang.
Masih ada lagi beberapa trik yang bisa kita praktikkan untuk foto di kondisi gelap, misalnya dengan menggunakan lensa atau kamera yang memiliki stabilizer, sehingga saat memotret di kondisi gelap dapat membantu mengurangi efek shake/goncangan kamera. Mengunakan aksesori seperti lampu kilat dan tripod akan sangat membantu di kondisi cahaya yang sangat gelap.
3 Cara Sederhana Mengatasi Foto Low Light
Share this
Related Articles :
Paling Dilihat
-
Pemotretan yang menarik -- apapun genre fotonya -- akan didahului dengan kemampuan mengenal lokasi pemotretan dengan baik. Misalkan untuk...
-
Usai Henri Cartier-Bresson (HCB) memotret keceriaan anak-anak yang membawa dua botol minuman di sebuah jalanan di Paris pada 1954, genre st...
-
The Starry Night menjadi salah satu alasan saya harus mampir ke Museum of Modern Art (MoMA), New York. Lukisan karya Van Gogh tersebut me...
-
Kolase hasil jepretan siluet berlatar layar monitor PC. Belajar membuat foto siluet bisa dilakukan di rumah. Salah satunya dengan memanf...
-
Beberapa waktu lalu, Leica merilis tiga lensa wide terbaru. Dan seperti generasi sebelumnya, tiga-tiganya lensa fix alias tidak bisa di-z...
-
Saat ada waktu senggang, saya iseng-iseng 'meneliti' karya para fotografer dalam buku 'The Great Life Photographer' (Tham...
-
Bila mempunyai sebutir telur di dapur, ambil dan letakkan di dekat jendela. Amati cahaya dan bayangan yang jatuh pada telur tersebut. Lal...
-
Banyak cara dilakukan para fotografer untuk menjaga 'standar kualitas exposure' atau pencahayaan. Biasanya fotografer akan menguk...
-
Foto arsitektur menjadi salah satu genre fotografi yang mengasikan. Selain mengasah kemampuan teknis dan nalar kreatif, foto arsitektur menu...
-
Saat hendak bermain external flash, fotografer akan dihadapkan pada pilihan mode penggunaan yang ekstrim: manual ataukah otomatis. Piliha...
Powered by Blogger.