Kenali Lokasi Pemotretanmu dan Buatlah Momen yang Kuat Disitu



Pemotretan yang menarik -- apapun genre fotonya -- akan didahului dengan kemampuan mengenal lokasi pemotretan dengan baik. Misalkan untuk pemotretan pre wedding, model, streetphotography atau event budaya, maka mengenal lokasi menjadi kunci sukses tidaknya foto yang dihasilkan.

Dalam foto pelari di kawasan Marina Bay Sands, Singapura, saya menjepret momen tersebut setelah ketiga kalinya ke tempat ini. Sebelumnya saya perlu berkeliling di hari yang berbeda untuk menemukan 'tata panggung' dan pencahayaan yang paling nyaman dan powerful.

Sampai akhirnya saya memilih spot dengan background gedung tinggi dan framing berupa siluet gedung Art Science Museum. Kemudian saya ambil bidang komposisi seperti yang dihasilkan dengan menunggu momen sekitar 5 sampai 10 menit sampai pelari lewat.

Saya berharap komposisi dan momen tersebut mampu mewakili cerita negara Singapura yang terus bergerak maju, moving forward.



Trik serupa saya lakukan pada pemotretan perayaan Cap Go Meh di kota Bogor. Yakni dengan mencari spot tinggi untuk memotret suasana perayaan yang kolosal dan megah. Tempat itu tidak lain di salah satu ruko di jalan Surya Kencana, di sebuah titik yang tidak jauh dari garis start arak-arakan.

Sebab, selepas titik ini matahari sudah semakin gelap -- Cap Go Meh di Bogor selalu dimulai sore hari menjelang Maghrib. Selain itu, jika memotret jauh dari garis start di Vihara Dhanagun, biasanya peserta sudah kelelahan dan terpecah oleh penonton sehingga gambar kurang kolosal dan ekpresif.



Oh iya, mengenal lokasi bisa dilakukan dengan melakukan riset maupun pengenalan medan terlebih dahulu. Riset dapat dilakukan di internet atau membaca literatur buku dengan berusaha mencari tahu dari titik mana foto itu dihasilkan. Termasuk mengecek perkiraan cuaca pada saat pemotretan, apakah hujan, mendung atau berlimpah cahaya matahari (sunny day).

Pengenalan medan dapat dilakukan dengan datang lebih awal, bertanya-tanya dengan masyarakat sekitar, pemandu wisata, petugas hotel, pramusaji di kafe atau siapapun yang bisa memperkaya pilihan-pilihan memotret.

Beberapa fotografer yang mempunyai waktu lebih longgar akan melakukan pengenalan medan dengan berkeliling kota, baik berjalan kaki atau menggunakan alat transportasi. Sementara fotografer yang mempunyai budget mencukupi biasanya menyewa fotografer lokal sebagai pemandu (fixer) untuk menunjukan spot-spot yang fotogenik dan mewakili kebutuhan.

Kebiasaan yang saya lakukan yakni bertanya letak matahari terbit dan titik sunset kepada sopir taksi yang ditumpangi dari bandara atau petugas hotel.

Saat di negara-negara empat musim, biasanya ada pertanyaan tambahan soal perlintasan matahari yang dilalui sepanjang hari. Tidak lain untuk mencari tahu perkiraan jatuhnya bayangan matahari dan kekuatan exposure.

Ketika traveling ke Zurich, Swiss saya bertanya soal posisi matahari ke petugas hotel. Terdengar sepele namun sangat bermanfaat untuk memperkirakan bayangan dan matahari tenggelam. Sehingga pukul 4 sore pada awal musim dingin saya sudah dapat memotret bayangan panjang matahari layaknya di negara tropis pukul 5 atau 6 petang.

Beberapa hari sebelumnya saya kehilangan momen tersebut karena lupa bertanya ke petugas hotel lalu keluar kamar pukul 18.00 dan menemukan suasana kota sudah gelap!



Dengan langkah sederhana tersebut -- mengenali lokasi, mencari spot pemotretan yang menarik, membingkai komposisi dan menunggu momen -- aktivitas memotret dijamin lebih lancar, tidak panik dan mudah dilakukan.

Alhasil, fotografer tidak lagi direpotkan dengan kendala teknis sehingga bisa fokus pada narasi, pesan dan drama yang ingin disampaikan secara nyaman dan tanpa menggurui.